BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

IPS

Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald
Professor Dr. Gustav Heinrich Ralph (sering disingkat G. H. R.) von Koenigswald (1902-1982) adalah paleontolog dan geolog yang melakukan penelitian terhadap hominin, termasuk Homo erectus. Ralph von Koenigswald memberikan banyak kontribusi terhadap paleontologi selama karirnya. Penemuannya dan penelitiannya mengenai fosil hominid di Jawa dan penelitiannya mengenai fosil penting lainnya di Asia Tenggara memberinya reputasi sebagai salah satu figur paleo-antropologi abad ke-20.
Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar.
Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
Image
Rahang bawah Meganthropus

Pithecanthropus mojokertensis dan Pithecanthropus soloensis
Pada tahun 1936, von Koeningswald menemukan lagi fosil yang serupa di dekat Mojokerto dan dinamakan Pithecanthropus mojokertensis. Pada tahun 1931-1933 von Koeningswald dan Oppernoorth menemukan lagi fosil di Ngandong dan Sangiran (tepi Bengawan Solo, Jawa Tengah) dan diberi namaPithecanthropus soloensis. Ketiga Pithecanthropus di ini kini diperkirakan adalah Homo erectus dan menjadi penghubung antara manusia-kera dengan manusia modern.

Homo soloensis dan Homo wajakensis
Fosil paling muda yang ditemukan di Indonesia. Homo soloensis ditemukan von Koeningswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di lembah sungai Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak. Dari volume otaknya diketahui bahwa jenis ini sudah bukan lagi manusia kera (Pithecanthropus), melainkan manusia (Homo). Homo wajakensis ditemukan Eugene Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat Tulungagung. Diperkirakan manusia ini sudah pandai membuat alat-alat dari batu maupun tulang, serta sudah pandai memasak makanan. Diperkirakan merupakan nenek-moyang dari manusia aborigin di Australia.
Image

Homo soloensis